Jumat, 30 Agustus 2013

Pengingat

Kehidupan tak pernah bisa diprediksi oleh siapapun. Ini adalah tahun kedua idul fitri tanpa kehadiran mamah (almh) dan tahun pertama tanpa aa (alm). Tapi ini juga idul fitri pertama dengan status baru, Istri. 

CintaNya kembali menyapa di Juli 2013, saat janin yang ada di kandungan kembali dimintaNya. Tak ada air mata yang berurai pun hati yang sakit. Tak sedikitpun. Satu alasan saya, bahwa semua terjadi untuk satu alasan. Kehilangan demi kehilangan yang beruntun membentuk saya (sedikit) menjadi orang yang mengerti arti hak dan kewajiban seorang Hamba. Hak nya Dia untuk  mengambil apa yang menjadi milikNya, dan kewajiban hamba hanyalah  ikhtiar, berdoa, tawakal dalam bingkai ibadah padaNya. Sedih pasti. Tapi semua sudah saya pasrahkan pada sang Pemilik Hidup, yang mengatur segala sesuatu.

Lalu ketika tak lama kemudian satu sahabat, teman main sejak balita dipanggil pulang -di hari ke 26 ramadhan 1434 H- diusia yang relatif masih muda bahkan lebih muda dari saya. Melihatnya dikafani, dishalatkan membuat hati saya menangis mengingat nasib diri. Hari ini jatahnya, esok lusa adalah jatah kami yang dikafani dan disholatkan.

Panggilan pulang padaNya tak mengenal usia dan keadaan. Tua muda, sakit sehat, miskin kaya. Kembali satu hal menghentak pikiran saya. Lalu jika esok lusa adalah giliran diri, maka bekal apa yang telah dipersiapkan?

Betapa diri ini masih perlu berbenah, membenahi setiap laku dan niat yang menyertai setiap langkah. Hingga ketika panggilan pulang dariNya menyapa, saya bisa tersenyum menyambutnya.

Semoga ya Allah, husnul khatimahkan kami


0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews