Rabu, 14 November 2012

Hadiah Terbaik

-kematian akan selalu membawa pelajaran bagi kita, manusia yang masih hidup-

Memasuki akhir tahun, saya ditinggalkan (lagi) oleh orang terdekat dalam lingkaran kehidupan. Senin 29 Oktober 2012 adik kandung laki laki saya meninggal saat rasa sedih akan kehilangan mamah setahun lalu belum juga usai.

TakdirNya bekerja dengan cara yang kerap sulit dicerna akal sehat. Tua muda, sehat sakit bukanlah sebuah indikator. Kematian adalah sebuah hal yang pasti dalam ketidakpastian. Pasti karena semua yang bernyawa akan mati (QS Ali Imran, 3: 185), tidak pasti karena kapan, dimana serta bagaimana seseorang akan mati hanya Allah Swt yang tahu (QS Luqman, 31:34). Ketidakpastian ini lah yang menyebabkan kita sebagai manusia berusaha sekuat tenaga untuk tetap berada dalam koridor ketaatan padaNya, sebagai perwujudan terbaik akan penggunaan akal,pikiran dan nurani yang telah diberikan olehNya.


Kematian adalah sebuah kejutan sekaligus pembuktian. Sebuah kejutan yang tak menyenangkan bagi orang orang yang ditinggalkan. Dalam sebuah kematian kerap tersisa sesak dan sesal yang menjelma andai dan andai. Betapa pergerakan sebuah detak jam,  membuat perbedaan detik begitu nyata adanya. Detik yang seringkali terabaikan dalam percakapan yang riuh dan tawa yang membahana. Perbedaan inilah yang membuktikan bahwa waktu (masa, usia) adalah pedang yang akan menebas leher kita. Maka, benar adanya saat Allah berfirman tentang urgensi waktu sebagai batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa (QS An Nisa, 4: 103), dan pemanfaatan waktu agar manusia tak merugi (QS Al Ashr, 103:1-4)

Batas akhir setiap manusia berbeda, dan ini adalah rahasiaNya (QS Yunus, 10:49) yang tak bisa diundur atau bahkan di dahulukan. Tapi masalah pemanfaatan dan penggunaan masa menuju batas akhir ini sepenuhnya berada dalam kekuasaan pribadi masing masing. Bukankah Dia telah menitipkan pada kita akal, pikiran dan hati sebagai tools?

Selanjutnya sebuah pertanyaan muncul pasca kematian orang di lingkaran terdekat. "Sudahkah saya memanfaatkan waktu dan mengoptimalkan tools yang diberikanNya dalam kerangka kebaikan dan manfaat?" 

Saya sedikit iri dengan kepergian adik. Kematiannya menyisakan semerbak nama baik  yang selama ini tak pernah saya cium aromanya lewat mulutnya. Tapi saya tahu, banyaknya shaf yang  berulang kali menyolatkan adalah sebuah pembuktian akan pemanfaatan waktunya yang optimal. Berita kebaikan yang menyebar jusru saat adik saya telah tiada adalah pelajaran terbaik untuk kami, yang ditinggalkan. Ah, betapa orang baik sepertimu selalu saja terpilih untuk segera bertemu denganNya.
 
Adik saya tak memiliki akun jejaring sosial serupa FB ataupun twitter. Dia adalah sedikit orang yang memilih memanfaatkan waktunya untuk menyapa orang orang di dunia nyata, melayani masyarakat tanpa keluh dan satu hal, memiliki komunitas baik yang menggiringnya untuk tetap berada dalam koridor kebaikan. Maka tak heran hingga 2 minggu sejak kepergiannya, masih saja ada ibu-bapak dan kakek nenek -entahsiapa- kerap menyambangi rumah demi berbagi semerbak wangi perbuatan baiknya selama masih hidup.


Berkaca dari apa yang terjadi, sebuah tamparan keras kembali menghampiri.  Apakah 1000 teman,  1.000.000 pengikut yang setia berkomentar bahkan me-rituit apapun yang kita tulis akan mengiringi kepergian dengan doa tulus dan mengenang perbuatan baik kita? apakah mereka akan menyolatkan saat jasad terbujur kaku?. Inilah bentuk ketakutan terbesar, ketiadaan orang yang akan menyolatkan dan mendo'akan kepergian saya menujuNya dengan tulus !!

Nilai seseorang berasal dari kebaikan dan kebermanfaatannya, maka sudah saatnya saya berhenti dari semua bentuk kesia-siaan untuk kemudian berusaha sekuat tenaga menyibukkan diri berbuat baik dan berbagi kebaikan dalam kapasitas yang dianugerahkanNya pada diri hingga tak menjadi manusia yang merugi. 

Benar bahwa Allah sedang memeluk saya dalam cintaNya yang teramat sering hadir dalam bentuk tak terduga. Tamparan demi tamparan ini adalah sebuah kesempatan bagi diri untuk berbenah menjadi lebih baik lagi. Dia -Sang Maha Tega dan Maha Kejam sekaligus Maha Cinta untuk seorang makhluk yang lemah dan penuh keterbatasan- tengah menempa saya agar tak lagi berkeluh kesah, cengeng dan takut menjalani hidup.

Rabb, maafkan kelalaian dan kebodohan seorang makhluk yang diberi kemampuan akal dan pikiran tapi masih sedikit memanfaatkannya di jalan kebaikanMu. Semoga  waktu yang tersisa hingga detik terakhir menyapa dalam kehidupan hanya berisi kebaikan dan kebaikan yang Engkau ridhoi. Amiin.


Sebenarnya waktu manusia adalah umurnya. Dia adalah bahan abadi kehidupan yang penuh nikmat dan bahan kehidupannya yang sempit dalam azab yang pedih. Dia berlalu bagaikan berlalunya awan. Setiap kali waktunya untuk dan bersama Allah, itulah kehidupannya dan umurnya. Selain dari itu, tidak dapat dianggap sebagai kehidupannya. Walaupun dia hidup bagai hidupnya hewan ternak dan jika dia habiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan kosong, maka yang dipilih adalah tidur yang panjang. Maka, kematiannya adalah lebih baik daripada hidupnya-Ibn Qayyim Al Jauziyah-

Tak ada kata terlambat untuk memulai. Bukan begitu dik?  



"teteh tahu saat ini kau tengah tersenyum di sisiNya yang teramat menyayangimu"  

13/11/2012
 






0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews