Senin, 02 Juli 2012

Dunia Baru

Jika selama ini jatah hari hari selalu dihabiskan di kantor mengurusi anak-anak, maka hampir tujuh bulan terakhir ini ada hal baaru yang saya lakukan. Selain mengantor, saya juga mulai mencoba terjun ke dunia jual beli atau berdagang yang jujur saja, saya teramat awam untuk hal satu ini. Bagaimana tidak awam, jika dari silsilah keluarga, leluhur saya tidak ada satupun yang terjun menjadi wirausahawan. Semuanya menjadi orang kantor, dengan profesi yang beragam dan selalu menjadi konsumen. Jadi, manakala saya memulai berdagang, saya sih mikirnya cuma iseng karena ada pasar yang melimpah dan potensial di sini.

Ya, pasar yang melimpah dan potensial itu adalah mahasiswa dan rekan di kantor saya. Awalnya karena faktor ketidaksengajaan saat saya meminjam komputer tata usaha jurusan. Ngobrol ngalor ngidul, dan akhirnya saya terjun jadi pedagang. Dan, hari ini  Alhamdulillah genap tujuh bulan sudah saya berprofesi jadi penjual sepatu . Ya, saya menjual sepatu yang sedang happening di dunia gaul anak muda yang punya merk buaya Dan saya tak sendiri, melainkan berjualan berdua dengan sahabat saya, Shinta.

Awalnya, kami hanya menunggu kiriman barang dari saudara-nya Shinta yang berdomisili di Jakarta. Tapi resikonya, waktu tunggu menjadi lebih lama karena stock barang yang tak menentu. Akibatnya saya kena komplen konsumen. Hal ini membuat kami pusing dan kerepotan karena kami tidak tahu link untuk mencari stock back-up. Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk  mengambil barang langsung ke Jakarta tanpa melalui saudara Shinta, tentunya dengan terlebih dulu meminta link-nya.  Nah, fase kedua ini kami bolak balik Bandung-Jakarta-Bandung setiap akhir minggu. Siklus rutin ini kami jalani hampir 3 bulan lamanya hingga saya kelimpungan dan kerepotan karena kesibukan kantor yang mulai butuh perhatian lebih.

Saya teramat kebingungan terutama mengingat  jumlah barang yang diorder terkait dengan akomodasi juga waktu. Kembali kami putar otak. Selama dua minggu penerimaan order di -stop karena belum ketemu cara yang pas. Hampir hampir saya menyudahi bisnis ini karena merasa tidak memungkinkan jika diteruskan. Selama dua minggu itu kami berdua kerjanya hanya refreshing dan jalan jalan tak tentu arah. Tetapi justru pada saat tak tentu inilah Allah menunjukkan jalan keluar yaitu mempertemukan kami dengan pemilik gudang besar yang berdomisili di bandung. Subhanallah..

Sejak bulan maret itu kami berhenti dari rutinitas pulang pergi bandung-jakarta-bandung. Jadwal pekerjaan di kantor yang mulai padat membuat saya berkonsentrasi penuh di kampus dan menyerahkan pengadaan barang ke Shinta. Jadinya, kami berdua yang sejak awal bergerak bersama, kemudian memutuskan untuk membagi tugas. Saya yang menerima dan mengumpulkan pesanan, dia yang mencari  dan memastikan barang itu sampai ke yang memesan. Perkara uang, itu saya percayakan ke dia karena saya tahu persis kalau saya tidak seteliti dan se-well organized dia *angkat topi*

Lalu saya mulai memanfaatkan jejaring sosial sebagai media jualan. Facebook menjadi satu alternatif pilihan karena isinya adalah orang orang yang kami kenal. Jadi kami tidak membuat account baru. Alhamdulillah, pesanan sudah mulai lancar dan tidak ada masalah yang membuat kami merasa sulit karena semua bisa teratasi.

Menginjak bulan ke empat, kami mulai memberanikan diri untuk memulai strategi baru yaitu berjualan menggunakan kendaraan hingga lebih dekat ke konsumen. Sebenarnya, kami sempat ketar ketir karena berjualan kaki lima itu butuh semangat dan keberanian yang lebih. Mental kami (saya maksudnya  ) diuji langsung di lapangan. Tapi, bismillah, di awal bulan april kami berdua mulai memberanikan diri bergerilya di lapangan setiap ahad pagi menggunakan mobil starlet. Saya ingat, saking gugupnya karena kedatangan konsumen pertama, Shinta sampai salah memberikan harga hingga akibatnya kami merugi. Belajar dari pengalaman pertama, kami berbagi tugas lagi. Saya kebagian bercuap cuap dan berhadapan dengan konsumen sementara Shinta, kebagian jaga barang dan tak berhak untuk melakukan transaksi

Dan genap tujuh bulan sudah kami berdua menjadi pedagang dan dua bulan menjadi pedagang kaki lima yang stand by di lapangan menunggu pembeli sejak pagi buta. Udara Bandung yang dingin menusuk tulang tak membuat kami berhenti bergegas tetapi sebaliknya, membuat kami ingin melawannya. Teriknya matahari yang membuat kulit muka kami gosong tak membuat kami surut tapi sebaliknya membuat kami ingin menantangnya. Karena kami mulai menikmatinya. Menikmati lembar demi lembar rupiah yang kami hasilkan dari keringat dan lebih dari itu menambah rasa syukur atas semua nikmat dan kemudahanNya yang kami terima selama kami bernafas.

Inilah dunia baru yang memberikan saya pelajaran berharga tentang kerangka sabar yang utuh. Kebersandaran pada yang Mahaesa, bukan pada makhlukNya. Alhamdulillaah..

5 komentar:

Cinderellanty Chan mengatakan...

Teteh tiap hari jualan 'kaki lima' atau pas ahad di gasibu aja?
Jualan crocs ya teh? Hehehe aku jg suka crocs, baru beli kemaren, tapi bukan asli yang KW1 aja, yg 100ribuan :D yg aslinya kan setengah jutaan qeqeeqe
Sukses ya teh, Rasul blg 9 dari 10 pintu rezeki adl menjadi pedagang/pengusaha... :)
Rasul kan juga pedagang

Aunty Zia mengatakan...

cuma ahad aja jualan si buaya nya anti :) ah masa sih? teteh jual yang ori dan insha Allah terjangkau harganya. Amiin,, doa yang sama untuk anti juga ya..:)

Cinderellanty Chan mengatakan...

Ooh gituu... Yang ori setauku dijual di outlet2 gitu, harganya ampe setengah jutaan, kalo aku beli kw 1, 100ribuan aja teh :) meski dikasih wadah crocs nya

Aunty Zia mengatakan...

kalo gitu, anty belinya di teteh aja. gimana?? :D

Cinderellanty Chan mengatakan...

heheheh udah beliii
tar kalo ada model baru teteh kabarin dooonkk

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews