Senin, 09 Juli 2012

Menendang Pejalan Kaki di Trotoar : Arogansi Pengendara Motor

Pagi ini saya terjebak macet parah saat hendak menuju kantor. Kemacetan panjang ini mungkin disebabkan penambahan volume kendaraan karena hari ini adalah hari pertama anak anak kembali bersekolah. Saat angkot yang saya tumpangi berhenti karena tak bisa bergerak lagi, waktu menunjukkan pukul 07.55 wib dan jarak ke kantor masih sekitar 500 meter. Saya memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menuju kantor, mengingat saya juga harus mengawas ujian anak anak.

Saya berjalan kaki di trotoar sepanjang Jalan Katamso Bandung. Melewati SPBU depan kompleks TNI AD, pengendara motor mulai memenuhi ruang pejalan kaki, tapi tak sampai naik ke trotoar karena ujung trotoar lain tidak ada turunan. Saya masih bisa berjalan nyaman melewati Mesjid Jendral Soedirman. Tiba di depan tempat Pencucian Mobil Orlen, trotoar terputus karena digunakan untuk jalan keluar masuk mobil.

Sesaat kembali saya naik trotoar tepat di sebelah jalur keluar Pencucian Mobil Orlen dan melanjutkan berjalan kaki. Baru dua langkah berjalan di atas trotoar, sebuah sepeda motor membunyikan klakson tepat di belakang saya dengan roda depan yang hampir menyentuh badan saya. Saya bergeming karena saya merasa tidak salah berjalan di trotoar dan tidak tahu harus kemana lagi saya menepi. Karena dia memaksa dengan terus membunyikan klakson, dan tetap melajukan kendaraannya, saya menepi hingga badan saya miring ke tepi trotoar. Bersamaan dengan kendaraannya melintas ke depan saya,tanpa di duga pengendara motor (laki laki usia >40 tahun) menyorongkan kaki kirinya dan menendang saya. Maksudnya mungkin agar lebih memberikan ruang yang lebih besar lagi agar dia bisa lewat. Tapi, saya sudah tidak bisa minggir lagi,karena sebelah saya adalah pepohonan.

Refleks, saya mendorong sang pengendara motor yang baru saja menendang  badan saya hingga dia oleng dan hampir jatuh. Saat dia hendak melancarkan aksi turun dari motor dan melakukan aksi selanjutnya, datang seorang pengendara motor lainnya yang seketika mencekal baju bapak yang menendang saya. Lalu memarahinya dan menuntutnya untuk meminta maaf karena telah berani menendang perempuan.

Satu hal yang saya soroti, dimana lagi seorang pejalan kaki harus berjalan dengan aman dan nyaman? Jika saat kemacetan berlangsung, akses trotoar -yang jauh dari nyaman- pun diserobot pengendara motor. Lalu dimana lagi kami harus berjalan? Bukankah kami sudah berjalan di jalur yang benar? Menurut UU No 22 tahun 2009 tentang lalu lintas,angkutan darat dan jalan,trotoar diperuntukkan hanya untuk pejalan kaki. Dan saya teramat yakin, jika para pengendara motor pun tahu akan hal ini.


Jika pengendara motor yang memaksa naik ke trotoar dan mengambil hak pejalan kaki sudah masuk kriteria mengganggu fungsi perlengkapan jalan, maka dia bisa dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 24 juta. Tidak percaya, silakan baca UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas, angkutan darat dan jalan.

Saya mencermati jika para pengendara motor ini begitu arogan. Di setiap perempatan jalan, saat lampu merah kita bisa melihat mereka bertumpuk dan berjejalan hingga melewati batas marka jalan. Lalu saat lampu menyala hijau, mereka seolah -olah berlomba mengadu kecepatan hingga tak jarang saling beradu dan jatuh. Dan seringkali, faktor kemacetan total adalah karena melubernya pengguna motor hingga tak menyisakan ruang untuk kendaraan lain. Atau kali lain, mereka dengan seenaknya menantang arus lalu lintas kemudian dengan lantangnya meminta minggir sambil memelototi kita yang berdiri menunggu untuk menyebrang jalan. Dan ternyata saya mendapat satu lagi contoh ke-aroganan mereka, yaitu menendang pejalan kaki yang berjalan di trotoar.

Saya tidak berniat sedikitpun mem-pidanakan pengendara motor yang menyerobot akses trotoar dan kemudian menendang pengguna jalannya. Walaupun jujur, saya teramat ingin agar bapak itu tahu, betapa menyakitkan perlakuannya. Saya bisa saja berdoa agar anak atau istri sang bapak mengalami hal yang sama dengan apa yang saya alami. Tapi saya tidak melakukan itu. Saya hanya ingin, kita semua saling menghormati, menghargai hak dan kewajiban orang lain. Hal yang sekarang sulit sekali didapatkan di ranah apapun di negeri kita.



gambar diunduh dari sini







14 komentar:

Crow Reborn mengatakan...

That's all??? You should've kicked his face.

yaser burhani mengatakan...

arogan..

Aunty Zia mengatakan...

i'm wearing dress, unfortunately :D

Aunty Zia mengatakan...

yup! SANGAT !!

Crow Reborn mengatakan...

I see. Next time, carry a crowbar.

Aunty Zia mengatakan...

ay ay SIR !! but how could i pack them? :D

Crow Reborn mengatakan...

Find a short one, half-an-arm length, tie it up your forearm right between your hand and your elbow. The next time you parry such an attack with your forearm, believe me, he'll feel it.

Aunty Zia mengatakan...

I see, then i'm start to look after the half-an-arm length crowbar now :D Thanks..

Iwan Yuliyanto mengatakan...

Bagus! Jangan ngerasa takut sedikitpun bila merasa benar.

Sungguh miris melihat kondisi pedestrian yg makin terabaikan perannya. Selain (berubah fungsi) menjadi lintasan ojek, tempat nangkring bahu mobil, pedagang kaki lima, dll, dan itupun dibiarkan, yg seolah-olah para pejalan kaki adalah menempati kasta yg paling rendah.

Prita Kusumaningsih mengatakan...

SAYA DUKUNG TINDAKAN INI!! Selama ini, bila saya berjalan di pinggir jalan (yang tak beraspal untuk jalan tanpa trotoar) atau di trotoar, tak sedikitpun saya mau minggir kalau diklakson motor. Tapi, yang pernah saya alami....dikepung oleh motor dari kiri-kanan-depan-belakang. Inilah yang namanya berjalan kaki pun bisa kena macet :-(( Selama ini pengendara motor memang arogan tanpa dilandasi pengetahuan berlalulintas. Jangankan terhadap pejalan kaki, terhadap pengendara mobil pun mereka arogan, dan merasa di pihak yang benar manakala terjadi senggolan atau serempetan

Cinderellanty Chan mengatakan...

Ya ??????? teteeeehh geram pisan baca iniii arrghhhh XD
Beneeer teeeeh tendaaang!!!!
Sampe kejungkir! Rasaiiin! Heuuu jahaaat banget yg nendang teteh!!! Iiiih

Aunty Zia mengatakan...

ya, selama kita ada di jalur yang benar :)

Aunty Zia mengatakan...

betul mbak, teramat sering saya berpapasan dengan motor di atas trotoar . saya tetap diam dan balas menatap mereka. Saya diam secara tidak langsung memaksa mereka untuk turun dan memberi saya jalan. Hingga satu persatu motor itu melipir dan tak jadi lewat. Teramat sering kita dikepung motor di atas trotoar. Mungkin sudah saatnya ada perlawanan dari para pedestrian mbak. Minimal tak memberi jalan saat mereka hendak naik trotoar. Tapi jika kejadiannya seperti saya-ditendang- ada baiknya kita bersiap untuk membela diri mungkin juga siap siap kontak fisik. Mudah2an halini tidak terjadi pada yang lain.

Aunty Zia mengatakan...

hush..bumil dilarang emosi :D
pengennya sih bales nendang, tapi apa daya teteh lagi pake rok trus spacenya juga terlalu sempit. Jadinya cuma bisa nge-dorong aja sebagai bentuk refleks. Entahlah kalau si bapak itu turun dan kontak fisik, mungkin lain ceritanya. tapi, nggak mau kejadian lagi ah... semoga kedepannya semua pedestrian baik baik aja:)

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews