Who Are You?
I’m your patrick and
you’re my spongebob
Kami tidak pernah mengatakan itu.
Pun tak ada akad untuk menjadi teman hingga hari ini. Ketika kami berjalan beriringan, berpegangan
tangan hingga berpelukan erat, tak ada kontrak yang harus kami tandatangani.
Masa masa sulit kami lalui dengan
sukses. Membawa air minum dingin dari kulkas milik ibu kos, menanti kiriman
nasi goreng milik teman yang berlebih pun menjadi hal yang menyenangkan. Undangan
makan bersama saat perayaan ultah teman sekelas jadi ajang perbaikan gizi bagi kami.
Tertawa keras untuk menutupi suara keroncongan dari perut itu trik usang yang
berkali kami lakukan. Puasa senin kamis sembari melihat antrian di warung soto
pak hasan tengah hari, bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Atau seruput teh
botol dingin teman sebelah, menjadi mimpi mahal yang berbuah doa untuk
kesempatan menikmatinya satu hari nanti, enteng saja kami lewati.
Lalu , masa bahagia seperti apa
yang kami lewati? Apakah seperti saat kami naik angkot pagi hari dengan hati
penuh menuju Dramaga, menenteng keresek berisi Toga yang akan kami pakai jam 8
tepat? Ataukah saat kami menerima satu persatu undangan pernikahan rekan kami? Atau
seperti saat kami berhasil menjadi kami saat ini?
Saya tidak tahu. Melihatnya masih
tetap bersemangat, berdaya dan bermanfaat untuk orang banyak adalah hal yang
membuat hati saya penuh. Dia dikagumi banyak manusia karena kebermanfaatannya,
itu suatu hal yang wajar. Kemandiriannya membuat banyak orang iri, energi nya
untuk tetap bergerak membuat orang orang menggeleng heran.
Tapi, dia tetap manusia. Perempuan
yang memiliki sisi lembut. Sedikit sekali yang dapat melihat sisi ini. Sisi ini
hanya bagian segelintir orang. Apakah saya salah satunya? Saya tidak tahu. Jika
indikatornya adalah obrolan ngalor ngidul yang diakhiri dengan curhat hingga 8
jam, bisa jadi. Atau jika saya tahu semua ketakutan, harapan dan juga
bahagianya adalah cirinya,bisa jadi juga. Tapi setidaknya, semua itu saya
simpan di folder terbaik.
Kami adalah dua manusia yang dipertemukan berbelas tahun lalu, disebuah kota sejuk. Menjadi teman hingga hari ini bukan bagian dari skenario kami. Kami menikmati masa terbaik bersama sama, di satu waktu. Lalu, apa yang membuat saya tetap menjadi temannya dan dia tetap menjadi sahabat saya? tidak tahu. Tapi hidup terlalu singkat untuk dilewatkan tanpa mencoba berteman dengan sebanyak mungkin orang.
Itu adalah bahagia
kami.
We’ll be friends forever, won’t we Pooh? Asked piglet
Even Longer, Pooh answered
Tanpa harus tahu, Siapa Pooh dan Siapa Piglet
0 komentar:
Posting Komentar