Ujian Tengah Semesteran anak anak usai. Berharap tidak ada kejadian curang di semester ini, tapi jauh panggang dari api. Kenyataannya begitu banyak anak anak yang masih berlaku curang.
Rata rata yang berlaku curang adalah anak anak yang duduk di semester awal lalu disusul oleh anak yang duduk di semester (yang tak ber..) akhir.
Yang sebelnya lagi, mereka masih menggunakan cara konvensional. ya...nulis di telapak tangan, nyelipin kertas A5 di paha, nyimpan kertas di bawah lembar jawaban, sampai nyimpen rumus di tempat pinsil. Strateginya udah bisa kebaca ama lawan kan??
Setiap hari ada saja kasus anak yang kena. Yang paling mengesalkan adalah pelaku kecurangan ini adalah anak semester 1, alias anak baru. Saya sampai berfikir, jangan jangan habit ini sudah mengakar di sekolah. Dan menjadi hal yang lumrah saat ujian.
Awalnya saya tak mau berfikir jelek. Tapi saya teringat tentang kasus kebocoran soal ujian akhir nasional. Belum lagi kunci jawaban yang beredar saat ujian berlangsung. Apakah ini sudah membudaya??
Teramat susah memutus habit yang sudah terlanjur mendarah daging. Sementara sanksi juga tetap diberlakukan seberat beratnya. Mulai menghadap dekan hingga terancam tidak lulus mata kuliah ybs. Dua tahun sudah saya memberlakukan hal ini. Tapi kejadian tetap berulang di anak anak tingkat awal. Halo ibu dan bapak guru SMA/SMU/SMK ?? Tolong lebih Concern lagi..
Karena saya / Kami teramat lelah mengurusi habit ini. Jangan sampai kejadian hari ini terulang lagi. Saat saya harus memotong nilai laporan 2 orang mahasiswa sebesar 70%, karena kasus Copy Paste alias plagiat. Dan yang teramat disayangkan lagi, salah satu dari mereka adalah mahasiswa yang berpredikat terpuji.
Saya teramat marah, karena mahasiswa ini membolehkan temannya menjiplak. Sampai saya harus menceramahi mereka panjang lebar tentang Hak Kekayaan Intelektual (Haki), tentang betapa berharganya apa yang ada di otak mereka. Gosh..!! so tired..
Sulit..sulit sekali menemukan kejujuran di setiap lini, sekalipun di sebuah institusi bernama pendidikan, tempat dimana kita semua berharap lahirnya intelektual muda yang cerdas, bernas, dan jujur..
Rabb..mengapa begitu sulit untuk jujur??
Rabu, 15 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
9 komentar:
S.E.T.U.J.U
Semoga kita bisa memperbaiki diri Lebih baik lagi =)
hiks... itu kayanya dirunut dari 'atas' harusnya... pendidikan yang memberatkan mungkin ya? karena nggak semua anak bisa disamaratakan
Contek-mencontek sudah sangat parah di dunia pendidikan kita. Dulu, mencontek dimulai saat jenjang SMP. Sekarang, anak kelas 1 SD saja sdh bawa contekan. PArah banget....
Ini karena kultur seperti ini dibiarkan tumbuh. Parahnya justru kultur ini dituntut ada agar target (angka) pendidikan nasional tercapai.
Inilah akibat dari target pendidikan yg hanya terpaku pada angka.
Amin. Mulai dari diri sendiri, dan mulai sekarang :) Ayo SEMANGAT !!
kalo dirunut dari atas nampak terlalu banyak:(
Kurikulum kita mengacu pada pembobotan IQ, minus EQ dan SQ. hanya Angka, Nilai dan IPK berujung pada predikat "terpuji" di selembar kertas bernama ijazah #sedih
perubahan dan penanaman nilai kejujuran harus dimulai dari lini terdekat ya pak. Keluarga..
Nah itu dia pak, mirisnya kultur ini seolah "dihalalkan" oleh para pendidik di level tersebut.
Jadi gimana nih pak?? Capek pisan :(
Kalau mau mengubah secara global itu susah karen kita bukanlah pembuat kebijakan.
Saya pribadi lebih memilih utk menyekolahkan anak di sekolah yg betul2 dpt membentuk pribadi anak menuju yg lebih baik. Ini saya pilih krn saya tdk mau kecolongan krn sdh bersusah payah membentuk karakter anak di rumah, ttp lingkungan sekolah tdk mendukung itu.
kayaknya harus dibubarin dulu Indonesianya, trus bikin baru..hehe.
tapi bener pak..saya juga lebih memilih menyelamatkan karakter yang sudah susah payah dibentuk. Moga aja generasi mendatang menjadi generasi yang berkarakter jujur, tegas dan cerdas, tak lupa...beriman. Amin amin amin
Amin... amin... amin....
Posting Komentar