Selasa, 21 Oktober 2008

Diklat Maba, Orientasi = Plonco?? Masih Jaman...??

semenjak senin 20 0kt 08 – 25 Okt 08, sedang diadakan kegiatan Orientasi untuk mahasiswa baru. Mungkin kita yang sudah lulus pernah merasakan hal itu. Ada semacam tradisi kekerasan yang tersembunyi dibalik kegiatan ini. Walau nama kegoatan ini telah berubah berkali kali Mulai dari Plonco,  Opspek, Maba, orientasi hingga diklat.

 

Apapun kegiatan yang mengarah pada kekerasan fisik dan verbal harus dihentikan. Tapi, teramat sulit. Sejak hampir tahun 2000,cara cara diklat di kampus mulai di kaji ulang,kalau tidak mau dikatakan,dihilangkan. Kegiatan yang bersifat out door, di pantau secara langsung oleh pihak civitas akademik. Kegiatan indoor pun tak lepas dari pantauan.

 

Tapi,tetap saja,kejadian kekerasan fisik terjadi. Pihak civitas akademik sebagai pengawas kecolongan. Hingga di satu jurusan teknik tahun 2007 lalu, terjadi pengaduan dari pihak orang tua mahasiswa saat mengetahui sang anak menjadi korban tonjokan dan tendangan di ulu hati oleh  senior. Akibatnya? Penanggung jawab kegiatan juga Staff pengajar nya sempat di interogasi selama 6 jam oleh pihak berwenang. Dan merasakan sel tahanan selama 24 jam.

 

Agar kejadian ini tidak terulang lagi,tahun ini sistem pun berubah. Dan automatically, nama pun berubah. Kali ini pihak jurusan dilibatkan sebagai panitia. Semua Civitas akademik di ikut sertakan. Diberlakukan jadwal piket . setiap kegiatan, ada panitia dari pihak jurusan yang berkoordinasi dengan pihak  mahasiswa.

 

Tapi, tetap saja kejadian terulang lagi. Tendangan dan tonjokan kembali melayang di perut salah satu junior. Kejadian ini terekam oleh civitas akademika. Lalu acara dihentikan dan mahasiswa baru diperbolehkan pulang. Kejadian ini mendapatkan reaksi keras dan terhitung frontal dari pihak panitia mahasiswa dan senior. Parahnya lagi, mereka meneriaki staff pengajar (berarti yang mengajari mereka selama ini) dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh seorang yang berpendidikan. Dan sayang nya,kejadian ini terjadi di jurusan yang sama dengan tahun 2007.

 

Jadi, ada baiknya semua ini dihentikan. Kita sebagai korban perpeloncoan jaman dahulu harus mengikhlaskan kejadian yang pernah menimpa, melupakannya,lalu merelakannya. Jangan karena dendam, atau alasan dulu juga kita ngalamin itu, lalu kita me-legalkan cara-cara yang tidak  etis.

 

Mau dibawa kemana bangsa kita. Jika mahasiswa yang adalah orang-orang intelek berlaku kasar.

 

Cukup sampai disini saja. Semoga.

 

4 komentar:

Adams Zailay mengatakan...

Alhamdulillah aku gak pernah ngalamin coz dalam sejarah keilmuan gag ada yang namanya prosecution yang berdalih pendidikan spt 'plonco'...

yupe its enough, plonco adalah perbuatan bangsa yang uncivilized, aku benci dan sangad muak sekali dengan itu semua, soalnya pernah aku dimintai tolong ama seorang akhwat yang lulusan satu pesantren dengan aku dulu, untuk nemanin dia gara-gara dia di incer mau dijadikan target ( pacar) huh.. its ridiculous and silly attitude from senior....

as rie mengatakan...

setuju teh, mending ospek teh dihilangkan aja
soalnya lebih banyak mudhorotnya daripada manfaatnya...

Aunty Zia mengatakan...

Plonco itu perbuatan subyektif..

ga rasional...

*soalnya pernah ngalamin*

Aunty Zia mengatakan...

kayaknya usulnya harus ke pemegang kebijakan deh,,

hahaha..*heureuy deti,,,,*

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews