Saat kondisi mental dan spiritual sedang terpuruk, betapa kehadiran seorang teman menjadi hal yang wajib. Dan ini yang terjadi. Kedekatan yang terjalin selama ini lebih karena faktor kesamaan kondisi. Ya.. kami berdua ibarat orang waras di komunitas orang gila. Atau sebaliknya? Kami tidak tahu.
Yang terjadi hampir sebulan ini adalah otak menginginkan untuk pergi, tapi hati menolak. Semakin keras otak memotivasi, semakin kuat pula hati menolak. Otak tetap berusaha rasional,mengirimkan sinyal yang penuh logika,dengan harapan bisa menumpas habis virus perasaan negatif yang menguasai. Tapi hasilnya nihil. Hati berontak, lalu mendadak tak percaya dengan otak. Dan tak mau bekerjasama.Jika akhirnya memang harus berangkat beraktivitas lalu bekerja, itu adalah hasil kemenangan penuh untuk logika demi satu kata Tanggung Jawab.
Sebentuk tanggung jawab lah yang menggerakkan kaki kami berdua. Walau sebenarnya muak dengan apa yang terjadi. Entah karena kami berdua adalah korban, atau karena memang kondisi sebenarnya sudah Tak jelas. Rentetan kejadian terakhir semakin menyudutkan kami berdua. Walau sebenarnya tidak persis sama.
Dari diskusi demi diskusi mengenai kebenaran yang kami yakini, ada satu hal yang patut digaris bawahi. Bahwa selama ini orang-orang sekitar kami, bahkan tidak mungkin kami berdua juga, telah berada di area abu-abu. Warna awal hitam dan putih dengan gradasi yang jelas lalu lambat laun bercampur. Menghasilkan warna baru. Abu-abu.
Jika diibaratkan hitam adalah hal buruk dan putih adalah hal baik, maka apa yang cocok untuk abu-abu? Percampuran antara hitam dan putih? Antara keburukan dan kebaikan? Lalu apa identitasnya? Baik atau buruk?
Area abu-abu adalah area meragukan. Dan segala sesuatu yang meragukan harus ditinggalkan. ”ambil kalau yakin dan tinggalkan jika ragu-ragu”. Bergerak di ruang abu-abu memang perlu kehati-hatian tingkat tinggi.
Permasalahannya adalah, kami berusaha mengembalikan bahwa yang putih adalah putih dan hitam adalah hitam. Ternyata aktivitas yang dianggap umum selama ini adalah abu-abu, lalu kami meminimalisir aktivitas itu dengan pola hitam putih.Tapi yang terjadi adalah kami menjadi pihak yang dianggap tidak rasional. Waras diantara yang gila atau kah gila diantara yang waras?
Tak sedikit benturan-benturan yang terjadi. Mirip devide et impera nya VOC. Jika selama ini kami mampu bertahan, Entahlah besok atau lusa. Mudah-mudahan kami berdua tidak masuk rumah sakit jiwa.
0 komentar:
Posting Komentar