Pada saat melihat foto ini, ada rasa sedih yang mendominasi. Kenapa? Karena ini adalah kenangan yang tersisa saat mengantar adik-adik untuk sampling kualitas udara di TPA Leuwigajah 18-22 desember 2004 lalu.
Awalnya TPA ini direncanakan memakai pengolahan sanitary landfill, tapi seiring berjalannya waktu, berubah menjadi open dumping. Alasannya? Sarana dan prasarana termasuk sumberdaya manusia yang tidak mencukupi.
Tak akan ada yang bisa menyangka jika dua bulan kemudian tempat yang berpanorama indah dibalik bukit ini akan tertimbun longsoran sampah. Selama sampling pun sempat ada kekhawatiran manakala melihat kondisi eksisiting lapangan. Sama sekali tidak ada kawat atau pun benteng yang membatasi bukit tempat sampah dengan pemukiman penduduk. Terpikir bagaimana kalau suatu saat terjadi longsor?
Dan itu juga yang terjadi di bulan februari 2005 lalu. Saat teriakan sebagian warga memecah keheningan malam,di tengah hujan yang mengguyur dan bunyi ledakan keras dari tengah bukit sampah, mengira hanya longsoran kecil seperti yang biasa terjadi. Tapi ternyata,, mereka berlari kebingungan ditengah malam pekat, karena sampah seolah tak berhenti mengejar lalu mengepung mereka,dan melahap apapun yang ada dihadapannya. Lalu terhenti di lapangan tempat mereka berkumpul seperti biasa, tapi tidak untuk mengungsi,,mereka berkumpul dalam hening, tanpa suara. Terkubur dalam timbunan sampah..
0 komentar:
Posting Komentar