Selasa, 13 November 2007

Balada kertas

Seorang teman yang baru kembali dari abroad (kebetulan di daerah eropa) setelah menyelesaikan study nya bercerita. Katanya beliau baru saja menyelesaikan perbaikan tugas akhirnya. yaa maklum aja..beliau ga sempat merevisinya disana karena izin tinggalnya habis berbarengan dengan tanggal dia sidang.Jadi,, beliau mengirimkan  laporan perbaikan via air mail (hehe..jiga jaman baheula..) alias dipaketkeun. Nah.. cerita bermula dari sini. Menurut beliau, biaya yang harus dikeluarkan dari koceknya sebesar 2 juta rupiah. Mahal amat ya? katanya juga beratnya (si paket itu..) 4 kg, smentara isinya 7 laporan (apa terbalik ya? lupa..) padahal jilidnya soft cover. Kenapa ya??? Ternyata yang jadi masalah adalah kertas yang dipakai buat nge-print nya.

Beliau menggunakan kertas buatan dalam negeri (cinta buatan indonesia banget ya??) yang beratnya 80 gr, berwarna putih kinclong. Yaa seperti layaknya ketas yang dipakai oleh kita kalau bikin tugas paper, photocopy, bikin lamaran kerja, atau bahkan buku bacaan sekalipun . Kata beliau, di abroad sana dia memakai kertas yang relatif ringan, berwarna abu-abu kusam dan satu bagian permukaannya relatif lebih glossy, dan licin.

Kertas yang beliau maksud mungkin ga jauh beda seperti kertas-kertas recycled yang biasa kita gunakan untuk souvenir dan lucu-lucuan. berikut harganya pun relatif lebih mahal. Lalu beliau mengeluarkan gumaman -semacam keluhan atau pertanyaan retoris sebenarnya-kenapa kita memproduksi kertas yang lebih berat, lebih putih? Saya yang mendengarnya dengan enteng menjawab,, " yaa..nggak papa lah..kita kan gudangnya kayu di dunia.. lha wong yang punya hutan kok.." hehe.. ga deng.. bercanda.

Tapi sebagai orang yang terbiasa dengan hal-hal diatas, pernah ga sih, kita berpikir atau kpikiran, iya ya..kenapa kita lebih suka menggunakan kertas yang relatif putih, bersih dan tebal? bahkan dosen-doseb kita juga lebih menyarankan untuk menggunakan kertas yang relatif tebal (80 gr) untuk laporan, tugas, dll? mungkin karena dari segi estetika dan penampilan serasa lebih layak untuk dipersembahkan.

padahal, kita tahu, bahwa bahan baku ketas itu sendiri adalah kayu. melalui proses yang rumit dan panjang dijadikan bubur (pulp) kemudian dicampur dengan sejunlah bahan kimia untuk proses bleaching (alias dibikin putih) dan jadilah kertas yang kita gunakan. Kurang lebih begitulah prosesmya (maaf kalau ada yang salah..)

Kebayang ga sih?? berapa banyak kayu yang ditebang, lalu berapa bahan kimia yang ditambahkan selama proses, lalu limbahnya apa kabar?? Serupa dengan kertas adalah Tissue. Kertas tissue yang kita gunakan mengalami proses yang hampir serupa. Lalu, berapa banyak lagi kayu yang harus  ditebang untuk memenuhi kebutuhan kita akan ketas 80 gr yang putih kinclong, tissue yang wangi untuk mengelap mulut dan keringat kita?

Jadi,,perlukah kita mengubah habit? berarti ngga sih perbuatan kita? udah siap ga sih ? jangan mentang mentang kita gudangnya hutan, lalu kita tetep aja pake kertas sembarangan, pake tissu banyak-banyak.. Trus,,kalo satu saat hutan kita habis, haloow..apa kabar?? bisa disamain ga sih sikap kita yang masih suka buang-buang kertas dan tissu ama pelaku illegal logging?? nah lho.. hehehe

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Web Hosting Reviews